Pedoman ini tidak akan membahas fasilitas kamera atau membandingkan fitur-fitur, mega-pixel dan semua spesifikasi kamera. Tulisan ini tidak akan menyarankan anda untuk membeli kamera apa. Tulisan ini tidak akan tidak akan membandingkan kamera X dengan kamera Y. Sudah banyak tulisan tentang hal itu di internet dan saya tidak berniat untuk menambah satu lagi.
Tulisan ini lebih berupa pedoman dalam mengelompokan kamera yang sesuai dengan kebutuhkan anda. Tulisan ini akan mencoba membantu anda mengambil keputusan yang terbaik dalam memilih dan membeli kamera DSLR. Tulisan ini hanyalah pedoman, petunjuk, saran, rekomendasi, guide, atau apalah namanya. Keputusan terakhir tetaplah anda yang memutuskan. Dalam tulisan ini, kami tidak akan merekomendasikan apapun.
Apabila anda ingin jawaban yang singkat, langkah pertama dalam membeli kamera D-SLR sebenarnya amat mudah. Anda tinggal tentukan jumlah uang yang akan anda belanjakan. Lalu tentukan merk apa yang anda nyaman. Pemilihan ini juga dipikirkan teman-teman anda memakai merk apa. Kalau anda berencana bisa pinjam-meminjam alat dan aksesoris ketika hunting bersama, pilih merk yang sama. Kalau anda ingin menjadi orang yang berbeda, ya tinggal pilih merk kamera yang berbeda dari teman anda. Selanjutnya, tinggal anda membeli kamera tersebut. Langkah ini yang paling sulit biasanya hehehehehe…..
Baik, itu versi pendeknya. Kalau mau versi panjangnya, kita mulai dengan membahas…..
Semua merk kamera D-SLR membagi konsumen mereka di kelas-kelas pengguna kamera. Pembagian kelas ini juga menentukan, harga yang mereka pasang untuk produk mereka di masing-masing kelas. Para produsen kamera biasanya membagi konsumen mereka menjadi beberapa kelompok:
- Profesional
- Semi Profesional
- Hobby
- Entry level
Canon 1D X – Professional Level Camera
Profesional adalah wartawan foto yang setiap hari dipanggil tugas untuk meliput dalam kondisi apapun, panas, hujan, badai pasir, di lapangan olah raga, atau bahkan di medan perang. Profesional adalah fotografer komersil yang melakukan pemotretan hampir setiap hari. Profesional adalah mereka yang melakukan pemotretan dengan bayaran premium. Profesional adalah mereka yang akan memakai kamera mereka hingga limitnya.
Kamera untuk pengguna ini didesain dengan ketahanan yang kuat dan tingkat kehandalan yang tinggi. Biasanya body-nya terbuat dari campuran metal, dengan tingkat kerapatan karet pelindung yang tinggi, sehingga dikatakan weather-proof (dapat dipakai dalam kondisi cuaca apapun termasuk dibawah hujan, akan tetapi tidak bisa dipakai menyelam karena tidak dikatakan water-proof). Fasilitas dan fitur-fiturnya dibuat amat beragam dengan akses terhadap fitur tersebut dibuat lebih mudah (diberi banyak sekali tombol akses untuk fasilitas). Fiturnya pun banyak yang bisa diatur sendiri, sehingga fotografer bisa memiliki banyak sekali pilihan untuk bekerja.
Karet Seal di Kamera Nikon D4
Semi-profesional adalah orang-orang yang memakai kamera mereka untuk mencari uang, akan tetapi tidak membutuhkan ketahanan kamera seperti mereka yang profesional. Fasilitas, kehandalan, dan ketahanan kamera mereka tidaklah perlu sekuat kamera profesional. Semi-profesional adalah fotografer pernikahan yang lebih banyak memakai kamera mereka pada akhir pekan. Semi-profesional adalah fotografer komersil yang memakai kameranya dalam kondisi terkontrol.
Hobby adalah orang-orang yang memakai kamera mereka untuk hobby mereka. Kamera dipakai untuk bersenang-senang dan melepas penat pekerjaan utama mereka. Kamera dipakai sekali-sekali atau mungkin setiap akhir pekan bersama teman-teman mereka.
Canon 1100D – Entry Level Camera
Sedangkan Entry Level adalah orang-orang yang baru saja ‘kenal’ dengan kamera. Entry level, seperti namanya, adalah tingkatan pemakai kamera yang baru ‘masuk’ ke dunia kamera. Hal ini dikarenakan harga kamera di kelas ini adalah harga yang paling murah dibanding kelas-kelas yang lain.
Fasilitas kamera untuk pengguna Entry Level biasanya diberikan yang dasar saja (dan beberapa fitur “penarik” untuk tujuan marketing). Body kameranya dibuat dari plastik, dengan ketahanan dan kehandalan yang dibuat cukup untuk pengguna level ini. Fasilitas dan fitur-fiturnya kebanyakan “disembunyikan” di dalam menu, sehingga untuk mengaksesnya harus melalui menu terlebih dahulu. Kamera di kelas ini tetap memiliki karet seal, akan tetapi tidak serapat kelas-kelas di atasnya. Sehingga kamera ini tidak bisa disebut weather-proof, walaupun ada beberapa temen yang tetap berani memakai kamera ini walaupun sedang hujan rintik-rintik.
Di antara kedua ujung spektrum pengguna Entry Level dan Professional, ada pengguna Hobby dan Semi-Profesional. Fasilitas, ketahanan body, serta desain dasarnya jelas berada diantara kamera kelas Profesional dan kamera kelas Entry Level. Pada rentang antara ini, model kamera yang ditawarkan amat beragam dengan fasilitas dan fitur yang juga amat beragam. Batasan antara kamera Hobby dan kamera Semi-Profesional amatlah kabur dan mengundang perdebatan.
Harap diingat bahwa produsen kamera tidak pernah secara eksplisit menyatakan bahwa mereka mengelompokan konsumen mereka dalam 4 kelompok itu saja. Mereka bisa saja memiliki lebih dari 4 (empat) produk dengan tingkat fasilitas dan fitur yang berbeda-beda. Semakin banyak pilihan, tentunya semakin banyak kemungkinan seorang pembeli bisa memilih yang lebih sesuai dengan kebutuhan (dan kantong) mereka.
Kebanyakan dari anda yang membaca tulisan ini, jatuh di katagori Entry Level atau Hobby. Mungkin, dengan kekuatan uang anda, anda bisa mengatakan kalau anda bisa memakai kamera Semi-Profesional atau bahkan kamera Profesional. Bisa saja dan tentu saja sah-sah saja kalau anda berencana membeli kamera yang terbaik dengan uang anda. Tulisan ini hanya memberikan pedoman dasar pasar kamera D-SLR seperti apa. Keputusan selanjutnya tetap terserah anda.
Sekarang ini, di pasaran D-SLR, ada 2 (dua) merk yang menguasai pasar kamera D-SLR 35mm. Keduanya adalah Nikon dan Canon. Mereka berdua menguasai hampir 80% pangsa pasar kamera D-SLR. Khusus untuk kedua merk ini, kami sudah memiliki artikel yang membahas tentang keduanya
di sini.
Tentu saja, selain Nikon dan Canon, juga terdapat merk-merk lain yang memiliki kamera D-SLR yang juga cukup bagus. Mereka adalah Olympus, Sony, Pentax, dan Sigma. Dalam hal Sony, mereka mulai masuk pasar D-SLR setelah mereka membeli teknologi (dan bisnis) D-SLR yang dimiliki oleh Konica-Minolta. Konica-Minolta sendiri sekarang lebih memfokuskan pada bisnis digital imaging. Jadi, kamera sony dapat memakai lensa-lensa auto-focus milik Minolta. Sony juga memasok sensor untuk banyak model kamera D-SLR Nikon.
Begitu anda memilih salah satu merk kamera, berarti anda sudah memilih sebuah paket sistem kamera. Berarti anda sudah memilih lensanya, memilih aksesorisnya, lengkap beserta komunitasnya. Fanatisme pengguna kamera di dunia terkadang bisa disamakan dengan fanatisme pemeluk agama.
Saya sendiri pemakai Nikon. Saya tidak pernah mengatakan (dengan serius) bahwa merk lain memiliki produk yang jelek. Saya memakai Nikon karena saya memang sudah sejak awal (pada jaman kamera film) sudah memakai kamera Nikon. Jadi, saya memang sudah terbiasa dan nyaman dengan Nikon. Memang saya sering bercanda dengan teman-teman dan menjelekkan merk teman saya yang berbeda dengan Nikon. Tapi itu hanya sebatas bercanda. Saya percaya penuh, merk-merk lain memiliki produk yang bagus juga. Hanya saja, saya lebih menyukai Nikon. Itu sama saja seperti saya mengatakan saya lebih menyukai sate ayam ketimbang soto.
Ketika memilih merk kamera, saya lebih menyarankan untuk menyamai merk kamera yang sudah dipakai oleh teman-teman dekat anda. Dengan memilih merk kamera yang sudah dipakai teman-teman dekat anda, koleksi alat anda (lensa dan flash) menjadi lebih beragam ketika anda bersama teman-teman anda hunting foto bersama. Anda bisa tukar-tukaran lensa.
Kecuali kalau anda berprinsip “Asal Beda”. Kalau prinsip anda, harus beda dengan teman anda, ya berarti pilihan anda sudah jelas bukan?
Dengan tingkat persaingan kamera yang seketat ini, bisa dikatakan kamera terbaru yang dipasarkan oleh sebuah produsen kamera memiliki teknologi yang paling baru yang dimiliki oleh produsen tersebut. Kamera baru artinya teknologi baru. Setiap produsen pasti berlomba-lomba untuk memberikan kamera dengan teknologi tertinggi yang dapat diberikan produsen tersebut pada kelas kamera yang bersangkutan.
Walaupun kebanyakan dari konsumen kamera adalah merupakan konsumen yang loyal terhadap sebuah merk kamera, kalau merk tersebut sudah terlalu lama tidak mengeluarkan model terbaru (dengan kata lain, tidak melakukan pengembangan teknologi), konsumen mereka ini bisa-bisa pindah merk. Kalau terlalu banyak yang pindah merk seperti itu tidak peduli seberapa besar sebuah merk, merk tersebut bisa-bisa colaps atau bahkan bangkrut (Contohnya Minolta, Konica, Kyocera).
Sensor Nikon D4 – 36MP, Full-Frame
Kita sebagai konsumen tinggal tenang-tenang saja. Dengan persaingan yang amat ketat itu, dapat dipastikan semua kamera yang dikeluarkan produsen akan memiliki yang teknologi tinggi dengan harga semurah mungkin yang mereka bisa berikan. Nasib dan kelangsungan hidup dari perusahaan-perusahaan kamera itu amat bergantung pada kamera yang mereka produksi dan pasarkan. Jadi, pastilah mereka memastikan bahwa kamera-kamera yang mereka pasarkan akan memiliki teknologi terbaru yang dapat bersaing dan memenuhi kebutuhan anda.
Semua model dan tipe kamera dari semua merk kamera D-SLR yang ada di pasaran sekarang, pasti bisa membantu anda membuat foto yang bagus. Sekarang pertanyaannya tinggal bagaimana anda memakai kamera itu, untuk membuat sebuah foto yang bagus. Teknologi pada akhirnya adalah sebuah alat. Kamera adalah alat untuk menangkap cahaya. Kamera (dan lensa) yang canggih akan membantu anda membuat foto yang bagus. Akan tetapi, bukan kamera anda yang menentukan anda mengambil foto yang bagus atau tidak. Andalah yang menentukan angle, komposisi, moment dan cahayanya. Tidak ada orang yang pernah bertanya pada pelukis, “Lukisan itu dibuat pakai kuas dan cat merk apa?”
Jadi, carilah kamera yang paling baru yang paling mungkin untuk kelas penggunaan anda dan kantong anda, untuk mendapatkan teknologi yang paling baru.
Anda dapat melakukan banyak riset terhadap fitur-fitur kamera yang ada di pasaran sekarang ini dengan membaca majalah, artikel internet, forum-forum diskusi, atau mailing-list. Bisa dikatakan, semua data tertulis mengenai sebuah kamera bisa anda dapatkan dengan mudah.
Setelah anda melakukan itu semua, saya amat sarankan agar anda tetap mencoba memegang kamera yang anda incar. Bahkan, apabila memungkinkan, anda pinjam dulu kamera tersebut dari teman anda atau tempat sewa kamera. Anda perlu mencoba memegang kameranya. Rasakan bagaimana handling dari kamera tersebut. Coba rasakan apakah anda nyaman dengan navigasi menu-nya. Coba potret dengan kamera tersebut, termasuk mencoba semua tombol yang ada di kamera tersebut.
Pada intinya, coba test-drive kamera yang anda incar. Ada banyak sekali fitur-fitur dan fasilitas yang tidak disebutkan dalam spesifikasi yang dipublikasikan oleh produsen kamera. Berat kamera perlu anda rasakan sendiri. Apakah ukuran dari kamera tersebut pas dengan genggaman tangan anda? Tidak cukup menentukan sebuah kamera, hanya dengan membaca hasil review dan spesifikasi yang ada di majalah atau internet. Anda perlu merasakannya sendiri.
Setelah mengetahui tentang kelas-kelas kamera, bagaimana mengenali sebuah kamera berada di kelas yang mana? Langkah pertama, tentu saja dengan melihat harganya dan bandingkan dengan kemera-kamera lain yang satu merk dengan kamera tersebut. Selain harganya, kelas-kelas kamera bisa dilihat dari penamaan model-model kamera. Setiap produsen kamera memiliki cara penamaan tersendiri untuk membedakan kamera-kamera mereka pada di kelas yang mana.
Khusus untuk merk Nikon, kamera-kamera D-SLR mereka selalu diawali dengan huruf “D” lalu beberapa angka tergantung kelasnya. Kamera-kamera Nikon untuk:
- D1, D1x, D1h, D2X, D2H, D3, D3X, D3s and D4
- D700, D800 and D800e
- D100, D200, D300, D300s
- D70, D70s, D80, D90 and D7000
- D40, D40x, D50, D60, D5000 and D5100
- D3000, and D3100
Untuk kamera merk Canon, jenjang perbedaan kelas-kelas kamera mereka lebih lebar. Pada awalnya, mereka juga memakai huruf “D” di awal nama model kamera mereka, diikuti dengan beberapa digit angka. Akan tetapi, kemudian mereka merubahnya dengan meletakkan huruf “D” setelah beberapa digit angka. Hal ini hanya agak berbeda dengan saingan utamanya, Nikon (Nikon juga melakukannya untuk membedakan dengan Canon). Jadi, untuk kamera-kamera Canon, pengelompokkan kelas-kelas kamera mereka sebagai berikut (dari tingkat Professional hingga Entry Level):
- 1Ds, 1Ds Mk II, 1Ds Mk III, 1D X,
- 1D, 1D Mk II, 1D Mk II N, 1D Mk III, 1D Mk IV,
- 5D, 5D Mk II, 5D Mk III
- 7D
- D30, D60, 10D, 20D, 30D, 40D, 50D, 60D
- 300D, 350D, 400D, 450D, 500D, 550D, 600D, 650D
- 1000D, 1100D
Khusus untuk merk Olympus dan Sony, saya tidak terlalu mengikuti perkembangannya. Jadi pengelompokan kameranya tidak terlalu saya ketahui.
Olympus, mereka menggunakan huruf E untuk kamera-kamera mereka (dari tingkat Professional hingga Entry Level):
- E-1, E-3, E-5
- E-30
- E-500, E-510, E-520, E-620, E-600,
- E-300, E-330
- E-400, E-410, E-420, E-450,
Setelah bertahun-tahun Sony “mencari identitas” dan mengisi hampir di semua lini dan kemungkinan market yang ada, Sony kemudian memutuskan untuk mengeluarkan strategi kamera baru dengan teknologi cermin tembus cahaya. Teknologi SLT (Single Lens Translucent) memakai sebagian kecil dari cahaya yang dipantulkan oleh cermin SLT untuk keperluan electronic viewfinder dan deteksi auto-focus, sementara sebagaian besar diteruskan ke sensor untuk pengambilan gambar. Cermin ini tidak bergerak, berbeda dengan teknologi DSLR yang cerminnya ikut naik-turun seiring dengan kecepatan shutter.
- A900, A850,
- A700
- A550, A580
- A500, A560
- A450,
- A350, A380, A390
- A300, A330
- A100, A200, A230, A290
Lalu mengebangkan teknologi SLT:
- SLT A77
- SLT A65
- SLT A55
- SLT A33, A35,
Kalau kita sudah berpikir bahwa produsen memilah-milah konsumennya dari tingkat penggunaan kamera mereka, kita bisa melihat kamera mana yang ditujukan sebagai kamera Entry Level, dan kamera mana yang ditujukan sebagai kamera Professional. Entry level akan memiliki harga yang paling murah dari semua model kamera yang dipasarkan oleh sebuah produsen kamera. Biasanya, kamera Entry Level lebih banyak ditawarkan dalam bentuk paket body dan lensa. Kamera Profesional akan memiliki level harga yang paling tinggi. Saking tingginya, 1 (satu) unit kamera kelas Profesional (body only) bisa membeli hingga lebih dari 10 (sepuluh) buah kamera Entry Level (kit, bersama lensa).
Pada umumnya, kamera seri Entry Level akan dijual dikisaran harga US$ 500 hingga US$ 600 lengkap dengan lensa kit-nya. Harga ini adalah harga minimal yang perlu dibayarkan untuk “masuk” ke dunia D-SLR. Harga ini naik terus seiring dengan naiknya kelas pengguna kamera, hingga pada ujung rentang harga, terdapat kamera Professional yang dijual dengan harga US$ 7.000, body only.
Harga-harga tersebut adalah harga kamera tipe terbaru. Apabila anda ingin harga yang lebih murah, anda bisa mencari kamera dengan tipe yang 1 (satu) model lebih awal dengan kelas yang sama (tentu saja apabila stok kamera tersebut belum habis). Selain itu anda juga bisa mencari kamera bekas (second hand) yang banyak dijual di internet atau di toko kamera. Tentu saja, anda perlu berhati-hati ketika anda berencana membeli kamera bekas. Tentu saja, anda juga dapat “turun kelas” dan membeli kamera yang berada di kelas di bawah kamera yang incar.
Ketika anda ingin membeli kamera bekas, sebaiknya anda:
- membeli pada orang yang anda benar-benar kenal (teman anda),
- bertanya terlebih dahulu pada teman yang lebih berpengalaman,
- membeli dari toko kamera yang terpercaya, atau
- membawa teman anda yang lebih pengalaman sehingga dia bisa membantu anda memeriksa kondisi kamera yang akan dijual.
Saya lebih merekomendasikan anda “turun kelas” untuk mendapatkan lensa yang lebih baik, daripada anda memaksakan kamera yang canggih akan tetapi anda terpaksa memakai lensa merk lain (Tamron, Sigma, Tokina dan lain-lain). Kalau dianalogikan membeli mobil, Lensa itu seperti mesinnya sedangkan body kamera seperti body mobilnya. Lagipula harga kamera akan selalu turun terdepresiasi, sedangkan lensa harganya tidak mengikuti hukum depresiasi.
Ketika mencari-cari informasi tentang harga kamera D-SLR, anda harap berhati-hati ketika anda mencari harga yang paling murah. Beberapa toko kamera menjual kamera mereka dengan harga yang amat murah, akan tetapi tidak disertai dengan garansi resmi dari distributor Indonesia.
Membeli kamera hampir sama dengan dengan membeli handphone. Ada harga garansi resmi, dan ada juga harga “garansi toko” atau lebih dikenal dengan nama “Barang Black Market”. Terkadang, toko kamera menyamarkan jenis barang ini dengan tetap menawarkan garansi dengan menyebutnya garansi Internasional.
Apabila anda memang ingin membeli kamera dengan garansi resmi, pastikan kamera yang anda beli memiliki garansi yang berasal dari:
- Nikon, garansi Nikon Indonesia, atau PT. Alta Nikindo
- Canon, garansi Canon Indonesia, atau PT. Datascript
- Olympus, garansi Olympus Customer Care Indonesia (OCCI)
- Sony, garansi Sony Indonesia, atau PT. Sony Indonesia
Kenapa garansi resmi penting? Karena kamera digital sekarang ini pada dasarnya adalah alat elektronik. Dengan membeli kamera yang memiliki garansi resmi, anda terbebas dari pikiran was-was ketika anda memakai alat anda. Anda juga akan mendapat banyak kemudahan dan beberapa servis cuma-cuma (atau potongan harga) apabila anda membeli kamera dengan garansi resmi. Anda juga akan menikmati harga jual kamera yang lebih tinggi ketimbang kamera yang dibeli tanpa garansi resmi, ketika anda ingin menjual dan mengganti kamera anda. Terkadang, distributor resmi akan mempersulit (atau memahalkan) proses servis kamera anda apabila terjadi sesuatu pada kamera anda.
Saya amat menyarakan anda membeli kamera dengan garansi resmi. Akan tetapi, pilihan tetap ada pada anda sendiri. Percayalah, beda harga tersebut tidak signifikan dalam jangka waktu anda memiliki kamera tersebut.
Ini langkah yang paling sulit. Setelah anda banyak melakukan riset, menentukan budget anda, mencoba dan merasakan bagaimana kamera itu di tangan anda, dan akhirnya, mulai berani menentukan model kamera apa yang anda inginkan. Setelah itu, hanya satu yang anda perlu lakukan. TERJUN !!
Tutup mata anda, buang semua keraguan, lakukan pembelian kamera sesuai dengan keputusan anda. Kalau anda terus menunggu dan terus membaca dan terus bertanya, anda tidak akan punya kamera. Anda tidak akan motret.
Anda sudah membaca sampai sejauh ini. Semua sudah dibahas. Pilihannya ada di anda, jadi tinggal anda yang memutuskan, apakah anda benar-benar ingin motret dan menghasilkan foto-foto yang selama ini anda lihat….. atau anda akan terus menunggu.